Sudah hampir empat bulan aku ga menulis apapun di blog ini. Meskipun ada dua tulisan yang masih menunggu untuk disentuh di draft. Well yang terjadi adalah sejak Februari 2017 lalu aku dikejutkan oleh 'sesuatu' yang sejujurnya tidak pernah ku sangka, yakni kista ovarium. Definisi kista itu sendiri adalah peradaban dari tumor yang berisi kantung cairan. Umumnya terjadi pada wanita dewasa pada alat reproduksi yang mnegalami kelainan. Nah kista itu sendiri sifatnya bisa jinak ataupun ganas. Kista ovarium/indung telur memiliki variasi jenis jika dilihat dari jaringan pembentuknya. Disebut sebagai kista endometriosis jika cairannya berupa darah haid yang tidak berhasil meluruh/keluar.
CHECK UP DI PONTIANAK
Setelah menikah hampir tujuh bulan. Tepatnya pada hari Kamis, pertengahan Februari 2017, aku memeriksakan diri di salah satu rumah sakit swasta di kota Pontianak, yakni RSIA Anugerah Bunda Khatulistiwa. Setelah mendaftarkan diri 7 hari sebelumnya akhirnya diriku bertemu dengan dokter yang cukup terkenal di kota ini, dr. Syahnural Lubis, Sp.OG. Proses pendaftaran 7 hari sebelumnya memang prosedur yang harus dipatuhi para pasien mengingat beliau memiliki pasien yang cukup banyak. Pada proses pemeriksaan perdanaku kali ini tidak ditemani suami dikarenakan alasan dinas kerja di luar kota yang membuatnya hanya bisa pulang saat weekend. But, it's okay lah mengingat aku ini kan wanita yang strong. Yang kupikirkan saat itu hanyalah ingin sekedar konsultasi dan kontrol kesehatan reproduksi (padahal ngerasa sehat banget secara menstruasi selalu datang teratur dan dalam siklus normal tanpa keluhan).
Kesan pertama ketemu dokter ini adalah dokternya masih muda dan gilakkk semangat banget!!! Padahal waktu itu aku baru bisa masuk ruangan beliau jam sebelas malem... Pas pertama kali ketemu aku terheran-heran dibuatnya karena ini dokter kok bisa on banget ya. 'Halo selamat malam bu Shinta apa kabarnya?' seketika rasa kantukku langsung hilang pas beliau ngajak ngobrol pake nada yang menyenangkan. Chit chat bentar ditanyakan HPHT, ada keluhan apa engga, sudah menikah berapa lama, akhirnya beliau ngajak periksa USG.
Proses pemeriksaan USG dibantu oleh suster yang mukanya mulai keliatan ga bersahabat :') mungkin karena doi ngantuk kali yah..hehe... Terus setelah pemasangan alat ok, baru deh dokter yang meriksa. Jenjrengg... 'Wah pantesan belum hamil ini bu.. ternyata ada kistanya'. --hening-- si dokter masih meriksa.... 'bu Shinta ini kistanya ada dua lho.. masing-masing di ovarium kanan dan kiri .. yang kiri ukurannya sekitar 8 cm dan yang kanan sekitar 4 cm'. --aku hampir mau nangis--
Setelah pemeriksaan via USG dokter menyarankan untuk segera di operasi mengingat ukuran kistanya yang lumayan besar. Dikhawatirkan akan bertambah besar. Opsinya ada dua, Laparotomi (bedah perut, kaya operasi cesar gitu) atau Laparoscopy. Setelah dijelaskan ini itu mengenai dua opsi ini, akhirnya diriku memutuskan untuk di Laparoscopy saja mengingat proses penyembuhannya yang tidak memakan waktu lama. Disepakatilah tanggal 25 Februari sebagai hari operasi. Yang menjadi penyesalannya begitu keluar dari ruangan dokter adalah, kok sebegitu cepatnya aku mengambil keputusan tanpa konsultasi dulu dengan suami. Hmm... melanggar isi buku Daniel Kahneman yang tentang berfikir. Begitu sambil di mobil tangisku pun akhirnya pecah juga. Nelpon suami sambil nangis sesenggukan melaporkan hasil pemeriksaan. Alhamdulillah waktu itu suami nanggepinnya tenang banget. Ku disuruh tenang dan bersabar karena semuanya pasti ada jalan keluar. Suami janji akan nemenin pas operasi. Masalah biaya inshaallah akan ditalangi kantor suami pake sistem reimburse. Begitu selesai nelpon langsung menuju rumah. Sesampainya di rumah langsung browsing mengenai penyakit ini.
Well, ternyata aku ga sendiri. Ada banyak kasus sejenis yag menimpa para wanita di usia produktif seperti aku. Sepertinya kista ovarium bukanlah sesuatu yang menakutkan asalkan ditangani dengan tepat. Forum-forum seperti www.ibuhamil.com sangat membantu dalam menemukan pengalaman-pengalaman sejenis. Kista ovarium merupakan salah satu masalah infertil / ketidaksuburan yang dapat menghambat kehamilan. Tidak sedikit wanita yang dapat hamil setelah kista berhasil diangkat/diatasi. Namun tidak sedikit juga wanita yang kistanya kembali pasca operasi. Hal ini tentu saja dapat membuat stres yang berkelanjutan mengingat usia yang masih produktif sehingga kista dapat mengancam kapan saja.
Ukuran kista yang lumayan besar ini menjadi alasan utama untuk tidak coba-coba pengobatan herbal/semacamnya. Sejauh ini aku merasa sehat-sehat saja karena tidak ada keluhan. Berbeda dengan sahabatku, T, yang pada pertengahan 2016 lalu dia harus di Laparoscopy karena kistanya pecah secara tiba-tiba (yang dia sendiri tidak tahu kalo dia ada kista sebesar 12 cm!). T sendiri mengatakan bahwa dia sempet dikira keguguran karena proses pecah kistanya mirip dengan keguguran kata dokter kandungan. Kista si T Pecah pada malam hari, dan keesokan harinya dia langsung di Laparoscopy. Pengalaman T seperti ini menjadi alasan kenapa aku langsung say no waktu mama nyuruh minum obat-obatan herbal. Aku ga mau mengambil resiko gede soalnya (pada saat itu) aku di Pontianak sendiri, dimana suami pulang dinas dari kota S hanya pada sabtu dan minggu. Syukur-syukur kalo kista mengecil kalo dikasi obat herbal, kalo malah semakin membesar gimana? kalo semakin membesar terus pecah gimana? kalo semakin membesar, terus pecah, terus pas suami lagi dinas di luar kota gimana??? ga kebayang gimana jadinya kalo sampe hal itu terjadi. Bisa-bisa makin mendrama 9_9'
Keesokan hari, pasca pemeriksaan di dokter Syahnural, aku ngabarin mama mertua, disingkat jadi mamer. Ku mengabarkan bahwa diriku akan diperasi sabtu depan. Beliau langsung nyuruh ke Jakarta untuk pemeriksaan disana. Kalopun harus di operasi ya harus operasi di Jakarta. Ku diskusi lagi sama suami dan suami langsung bilang Yes. Aku hubungi asistennya dokter Syahnural untuk mengabarkan bahwa aku gajadi operasi Laparoskcopy di beliau atas permintaan keluarga di Jakarta. Jumat malemnya ku beli tiket untuk ke berangkat ke Jakarta Minggu Siang (19 Februari). Cerita lucunya adalah: mungkin karena terlalu sering ngulik tiket PNK-PKU untuk bulan Maret karena sahabatku si Th nikah pada pertengahan maret, terbeli tiket PNK-JKT untuk hari Minggu, tanggal 19 Maret. Minggu, 19 Feb dianterlah aku ke bandara ma suami. Langsung check in. Eh pas check in mas petugasnya bilang, 'mba ini tiketnya salah... ini untuk tanggal 19 Maret, mba'. 'Lha emangnya sekrang tanggal berapa mas???? bukannya 19 Maret???'. 'Bukan mba. sekarag 19 Februari 2017'
----Hening----
Karena takut kena marah suami langsung kucari tiket lain yang berangkat dua atau tiga jam lagi. Oh no.. Tiketnya pada muahal semuaaaa... minimal pada dua kali lipat. Stop..stop Shinta.. be smart.. be smart.. calm down... ga ada yang harus diburu-buruin.....
Segera aku cari tiket buat keesokan harinya, dapet dan barulah menelpon suami tercinta. Si suami marah-marah katanya aku kok bisa ga teliti. Eeehh tapi aku dijemput lagi kok di bandara.. diajak pulang.. di mobil kena omel 120 detik.. abis itu udah ga ngomel dianya... makasih ayangku :*
CHECK UP DI JAKARTA
Keesokan hari setelah mendarat di Jakarta, ditemani mamer, aku menemui beberapa dokter kandungan berdasarkan hasil ngulik-ngulik forum diskusi, diantaranya:
- dr Lita Lilikwargawidjaja, Sp.OG. di rumah sakit Premier Jatinegara. Dokter wanita paruh baya satu ini sudah cukup terkenal akan kesabarannya dan ketelitiannya di kalangan ibu-ibu. Kesan pertama saat ketemu dokter ini adalah pribadi yang semnagat. Bicaranya agak cepet tapi masih bisa ditangkep kok omongannya. Mamer dulu juga sempet ada tindakan medis dengan dokter Lita. Dokter Lita orangnya suka cerita, proaktif, dan sangat informatif. Beliau memeriksakan keadaan reproduksiku via USG perut. Lalu beliau mengatakan bahwa memang terdapat kista di ovariumku, yakni berukuran lebih kurang 6 cm. Well... dalam hatiku berkata apa iya yah dalam waktu lima hari kistaku bisa menyusut dua cm?? USG perut kurang telti pendapatku. Dokter Lita juga menyarankan agar kistaku ini segera diberesin kalo enggak takutnya malah bertambah besar dan akan membahayakan. Kista di atas 4 cm memang sebaiknya di operasi. Dokter Lita menyarankan untuk Laparotomy. Kami menolak karena Laparotomy membutuhkan waktu penyembuhan sekitar satu tahun. Kami menyatakan ingin Laparoscopy saja. Dokter Lita tidak menyanggupi karena ia mengatakan bahwa Laparoscopy bukan keahliannya (ini dokter jujur banget... sangat profesional..suka dehhh). Kalaupun kami ingin Laparoscopy sebaiknya kepada ahlinya. Akhirnya dokter Lita menyarankan ke dokter Julianto Witjaksono, yang kebetulan juga praktek di RS Premier Jatinegara. Untuk tindakan pemeriksaan yang lebih valid, dokter LIta menyarankan kami agak periksa dulu ke dokter Bambang Karsono, Sp.OG, ahli fetomaternal, yang praktek di klinik Moegni, Menteng, Jakarta Pusat. Setelah mendapat surat rekomendari dari dokter Lita, kamipun langsung membuat temu janji dengan dokter Bambang Karsono pada malam harinya.
- dr. Bambang Karsono, Sp.OG. di Klinik Moegni-Menteng. Dokter ini emang dokter yang emang memenuhi standar rekomendasi banget.. Prakteknya ontime, dokternya ramah, susternya baik-baik dan ramah banget, terus pemaparannya lengkap dan detail banget. Mamer sreg banget sama dokter satu ini. Alhamdulilah pas waktu kami check up antrian di dokter engga banyak. Jadinya kami ga menunggu lama. Waktu diperiksa pake USG trans-v (maaf) dokternya detail banget... ukuran kista diukur dengan teliti sampe tiga dimensi (panjang, lebar, dan tingginya). Jadi volume cairan kandungan si kista terprediksi dengan baik, yakni 135 ml yang kista ovarium kiri, dan 70 ml kista ovarium kanan. Terus kata si dokter kistanya jinak. Tampak perlengketan di daerah kavum douglasi. Bentuk dan ukuran rahim normal. Selesai periksa langsung tanya-tanya ma dokter mengenai dokter mana yang bagus buat ngerjain Laparoscopy. Dokter Bambang yang tadinya informatif mendadak kayak gatau apa-apa.. mungkin ga enak karena aku ini pasien rujukan dari dokter Lita, jadi kesannya kurang etis kalo aku malah ke dokter lain selain dokter Lita. Soalnya di bagian bawah lembar hasil pemeriksaan dokter Bambang tertulis 'Terima kasih atas kerjasama sejawat". Selesai dari dokter Bambang, ketika lagi di kasir aku tanya-tanya ke suster dokter mana yang bagus buat nanganin pasen kista yang mau Laparoscopy. Suster bilang kalo biasanya dokter Bambang Karsono merekomendasikan dokter Wachyu Hadisaputra, Sp.OG, prakteknya di RSIS Bunda, Menteng. Begitu dapet nomor telpon dokter Wachyu aku langsung bikin jadwal temu janji dengan dokter Wahyu, dan dapetnya untuk tanggal periksa yakni senin 27 Februari (FYI akhirnya aku gajadi periksa ke dokter Wachyu karena diriku sudah mantap untuk operasi Laparoscopy dengan dokter Julianto pada tanggal yang sama)
- dr. Julianto Witjaksono, Sp.OG, K.Fer., di rumah sakit Premier Jatinegara. As i wrote before kalo aku ke dokter ini karena rujukan dari dokter Lita. Hasil ngulik di di forum-forum juga banyak yang bilang dokter ini bagus dan berpengalaman. Bahkan ada ibu-ibu yang curhat kalo hasil jahitan pasca cesar by dokter Julianto itu rapi banget. Maka setelah diskusi panjang dengan beliau, akhirnya aku dan mamer setuju agar Laparoscopy dipegang oleh dokter Julianto. Jatuhlah tanggal 27 Februari 2017 sebagai hari eksekusi. Operasinya dilaksanakan pada seteah subuh. Dari cerita suster di Premier mengatakan bahwa dokter Julianto emang sukanya operasi jam 5 subuh karena menurutnya setelah shalat subuh adalah waktu yang paling baik dan tepat (selain karena alasan si dokternya seger pastinya ehehhehehehe )
- dr. Laila Nuranna, Sp. OG, di rumah sakit Medistra Jakarta. Walaupun sudah mantap untuk operasi dengan dokter Julianto, kami tetap harus mencoba dengar another opinion dari dokter lainnya. Semakin banyak masukan akan semakin bagus, ini saran dari papa mertua (papmer). Papmer mengharuskan ketemu dokter lain lagi selain dokter-dokter yang sudah kami temui agar keputusan yang akan kami ambil semakin bulat. Semesta terlihat tidak mendukung.. dokter Laila ngaretnya tiga jam!!!!!terus susternya galak dan antrian disana juga ga jelas (kalo ga salah nama susternya suster Bulan?). Pas waktu lagi konsul ma dokternya, dokternya terlihat banget ngantuknya. Ada segelas cangkir besar teh dan sebotol kopi di samping mejanya (kaya mahasiswa yang lagi ngerjain skripsi aja hehehe). Ga ada pemeriksaan apapun, baik USG perut ataupun USG trans-v. Jadi aku dan mamer di dalam itu cuma kayak curhat aja kalo aku ada kista bilateral 8 cm dan 4 cm. Dokternya ngangguk-ngangguk aja. Terus ngasi saran buat berdoa. Lha emangnya selama ini saya ga berdoa ya, dok?. Enggak ada satupun tindakan medis yang beliau lakukan. Ngasi saran kesehatan, pantangan makan, ataupun semacamnya juga engga ada :( Serasa agak gimana gitu dan ga mendapat pencerahan begitu keluar dari ruang praktek beliau. Kita sebagai manusia memang ga boleh berhenti berusaha dan berdoa. Tapi kan ga cuma berdoa saja ya, dok. Harus dibarengi usaha juga. Makanya saya bolak-balik cek ke dokter biar bisa konsul usaha bagaimana yang sebaiknya saya lakukan untuk mengatasi penyakit kista ini. I will say no kalo harus dipaksa balik kesini. Mending ke dokter lain saja yang lebih informatif dan menyenangkan. Dan ada satu lagi yang agak kurang mengenakkan. Sejauh ini, biaya konsultasi dokter Laila adalah yang paling mahal,padahal ga ada USG dan segala macam, jika dibandingkan dokter-dokter lainnya yang lebih baik (menurut saya pribadi) hehehe
PASCA OPERASI LAPAROSCOPY KISTA OVARIUM
Operasi pengangkatan kistaku berlangsung lebih kurang selama 3,5 jam. Hal ini disebabkan terdapat perlengketan yang lumayan parah. Diriku keluar ruang operasi sekitar pukul 9.30 pagi. Dan setengah jam kemudian baru bener-bener sadar dari obat bius. Menurut pengalamanku, tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena operasi Laparoscopy bukanlah operasi besar. Perutku hanya dilubangi sebanyak empat titik dengan diameter satu cm pada masing-masingnya. Setelah operas bekas lubang yang kecil ini ditutupi dengan plester plastik transparan yang tidak boleh dibuka selama seminggu ke depan. Dan buka plesternya ini harus di dokter. Tidak boleh dilakukan sendiri di rumah. Penting untuk langsung membuat temu janji dengan dokter yang bersangkutan untuk kontrol selanjutnya. Alhamdulilah dokter Julianto adalah dokter yang sangat komunikatif. Beliau juga memberikan kontak WA nya jika sewaktu-waktu diriku memiliki pertanyaan ataupun keluhan yang ingin dikonsultasikan. Point plus lainnya tentang dokter Julianto adalah, beliau tidak meresepkan satupun obat minum kepadaku, selain krim untuk menghindari keloid di bekas luka Laparoscopy. Dokter juga memberikan pantangan makan berupa segala macam makanan dan minuman yang mengandung kedelai (seperti tahu, tempe, susu kedelai dll), dan juga makanan makanan yang mengandung Lechitin (seperti banyak yang terkandung di dalam coklat dan minuman-minuman). Seketika itu juga aku menyadari bahwa pantesan saja diriku kena kista mengingat aku ini suka banget mengkonsumsi tahu, tempe, dan tauco. That's three kind of food that i can not avoid for! Sejak kecil sampe operasi kista aku emang pencinta tahu, sampe-sampe dijuluki si ratu tahu oleh temen-temen. Apalagi waktu kuliah di Bandung (yang tahunya paling enak!!!) parahnya aku tu bisa makan tahu aja seharian tanpa makan apapun...terserah itu tahunya mau di goreng, di tumis, di tauco, di sup... sampe sampe kalo ke Tahu Lembang aja makannya tahu, minumnya pun tahu (red: Air Tahu)!!!! Oalah... cara hidup seperti ini yang salah. Sesuatu berlebihan memang ga baik... *sambil angguk angguk kepala
Dokter Julianto juga menyarankan agar aku menjaga berat badan (ga boleh gemuk), no sofdrink, no begadang, olah raga rutin, dan yang paling penting adalah sebaiknya rutin terkena sinar matahari pagi.
Seminggu dari operasi aku kembali ke dokter untuk membuka plester luka, sekaligus mengambil surat rujukan untuk tes AMH, FSH, dan CA125 untuk pasca operasi di hari ke-21. Kata si dokter cek darahnya ga harus di Premier, bisa dimana aja. Selain itu diriku juga diberi rekomendasi untuk suntik Tapros jika sekiranya hasil tes CA125 pasca operasi ku menunjukkan angka <14.
SEKEMBALINYA KE PONTIANAK PASCA LAPAROSCOPY
Tepat pada hari ke 21 pasca Laparoscopy, pemeriksaan FSH, AMH, dan CA-125 ku dilakukan di Prodia cabang Pontianak. Hasil tesnya bisa diambil keesokan harinya karena tes ANH membutuhkan waktu pemrosesan lebih dari satu hari. Alhamdulilah hasil tes FSH baik. Namun tidak untuk hasil tes CA125 dan AMH. Hasil tes CA125 menunjukkan angka tidak normal (>35), malahan bisa dibilang hampir dua kali lipat angka sebelum operasi. Terlebih lagi hasil tes AMH juga rendah dengan kriteria "poor responder". Betapa sedihnya hatiku ketika melihat hasil tes CA125 dan AMH. Mungkin karena kepikiran, maka keesokannya diriku langsung demam, sampe-sampe ga bisa bangun dari tempat tidur. Siangnya bawaan pengen pipis-pipis terus. Sampe-sampe pipisnya tiap 2 menit sekali. Air urin, mulai dari yang kuning cerah, ke kuning pekat, hingga merah menyerupai air cucian daging :((. Ya Allah... ujian apalagi ini... diriku langsung kontak dokter Julianto via WA, dan beliau meresepkan obat Urixin dan dan Buscopan.
Karena badan mendemam ga karuan ditambah bawaan kepengen pipis yang menjadi-jadi, akhirnya minta tolong sepupu buat nyariin obat. Dan ternyata ga ada Urixin di satupun apotik di Pontianak ini. Akhirnya dia beli obat sejenis yang namanya Urotractin. Kucoba konsultasikan kembali ke dokter Julianto, kata beliau gapapa. Setelah browsing-browsing sebenernya ini obat apa sih yang diresepkan dokter, diketahui bahwa ini adalah obat untuk penderita infeksi saluran kemih (ISK). Well... ini adalah pertama kalinya dalam hidupku kena penyakit ISK ini.. mungkin ini efek dari peluruhan obat yang dioleskan dokter ketika laparoscopy kemarin. Kan kata dokter Juli obatnya itu lengket selama 21 hari di tempat-tempat bekas perlengketan kista. Pas 21 hari langsung demam dan ISK. Alhamdulillah aku masih bisa berfikir positif dan tenang dalam menghadapi ini. Setelah minum obat yang dibeli, pipis kembali nomal. Ga kebelet-kebelet lagi dan warna urin kembali normal seperti sedia kala, yakni kuning bening. Demam perlahan sembuh. Dan keesokan harinya sehat kembali, hanya saja tidak bisa mengerjakan aktifitas yang berat-berat dulu. Mendadak ngerasa butuh suami agar selalu mendampingi....
Hasil tes CA125 cukup membuat kepikiran tapi bismillah saja, semoga saja hasil tes yang tinggi hanya menunjukkan adanya gejolak di daerah bekas luka. Kan sel kista itu sel abnormal yang terjadi pada daerah reproduksi, dan ketika itu diangkat, otomatis tubuh kita menyesuaikan. Hasil CA125 pada hari ke 21 pasca laparoscopy yang tinggi menunjukkan bahwa tubuh kita sedang dalam tahap penyesuaian. Dokter Julianto menyarankan untuk tes kembali pada hari ke 40 pasca laparoscopy (dan belum dilakukan hingga sekarang)
HASIL TES AMH RENDAH PASCA LAPAROSCOPY KISTA OVARIUM
Pemeriksaan Anti Mullerian Hormone (AMH) merupakan salah satu pemeriksaan untuk mengukur cadangan ovarium yang berperan penting dalam menentukan prognosis kemampuan resproduksi wanita. Berdasarkan hasil konsultasi lanjutan ke dr Syahnural mengenai hasil tes AMH ku yang rendah (<1) beliau mengatakan bahwa kadar AMH ku terlalu rendah untuk wanita seusiaku. Sehingga beliau bilang kalo takutnya malah di usia 35 tahun bisa jadi aku menopouse (btw ini kunjungan keduaku ke dr Syahnural, dan ada aja kejutan tiap kali ke beliau :/ ). Dokter Syahnural langsung menyarankan bayi tabung. Malah langsung promosi kalo di bulan April ada promosi IVF di klinik Morula RSIA ABK). -_- Yak Shinta mulai panik...
Setibanya di rumah diriku langsung browsing-browsing tentang pengalaman orang yang ber AMH rendah yang berpeluang hamil. Berikut beberapa link menarik yang kutemukan...
https://niaky.wordpress.com/tag/berhasil-hamil-dengan-amh-rendah/
http://dyahpurnamaningrum.blogspot.co.id/2015/02/pengalamanku-mengikuti-program-bayi.html
Mengikuti saran dari beberapa forum yang ada.. yakni meminum madu, makan alpukat, salmon, dan rutin olahraga... setelah dua minggu sejak pemeriksaan AMH yang pertama saya cek AMH kembali... dan alhamdulillah AMH saya naik sebesar 0,25.. sehingga dapat dikategorikan normal responder (walaupun di normal batas bawah ini sebenernya)...
Pemeriksaan AMH yang kedua ini dibarengi dengan tes FSH, Estradiol, Progesteron, dan LH. Kata dokter Syahnural semuanyanya hasil tes menunjukkan hasil yang bagus. Dan saat ini saya dan suami sedang promil secara alami dulu. Jika dalam 2 atau tiga bulan ke depan belom ada tiket emas maka kami akan kembali ke dokter Syahnural dengan promil selanjutnya... Untuk saat ini hanya diberi vitamin Tonicard beliau...
Bismillahirrahmannirrahim...Tetap Berusaha dan Berdoa... Inshaallah diberi kemudahan dari Allah SWT... Aamiin... Mudahkan dan lancarkanlah niat baik kami ini ya Allah sWT.. Semoga kami diberi kepercayaan olehMu untuk mendapatkan keturunan yang baik.. Aammin ya Rabbal Alamin.....
S. Faramita
Pontianak, 18 April 2017